KONTEN SAMPAH? Cepat banget viralnyašŸ¤•

Kenapa ya rasa-rasanya konten yang ada di Indonesia semakin lama malah semakin buruk (atau cuma perasaan saya aja), mulai dari generasi alay Tik Tok/Musically, acara setan-setanan yang ga jelas dan cenderung setingan, transgender-transgenderan, eksploitasi kehidupan pribadi, urusan rumah tangga, gosip, dan buka-bukaan aib, main labrak-labrakan(behhh, kalo ini mah paling tranding dah) Saya lihat YouTube pun (yang katanya lebih dari TV *booom* ekh nyanyi dong🤣 isinya juga sama cuma prank-prank ga jelas, drama-drama buatan, konten toxic/clickbait, dan game-game moba. Saya mau tanya kenapa konten-konten yang berkualitas, edukasi, dan yang punya value malah sulit terkenal/populer di Indonesia, apakah kalau mau terkenal kita harus jadi toxic atau mengikuti arus mainstream yang ada?

Kalau ditanya seperti itu jawaban simpelnya adalah karena itu yang mayoritas penonton kita inginkan, apapun yang Anda lihat di TV, YouTube, internet, berita, dan media apapun itu semua adalah gambaran dari mayoritas masyarakat kita, jadi percuma saja pemerintah mau blokir aplikasi Tik Tok  dan aplikasi sebangsanya terus blokir sana-sini selama mental masyarakatnya masih begini, itu hanya akan memindahkan mereka ke medium/aplikasi yang lain.
.
Jadi apa yang harus dilakukan? Ya kita harus mengedukasi masyarakat melalui konten-konten yang lebih positif dan berisi, sayangnya konten-konten seperti yang saya tulis di blog ini kemungkinan besar tidak akan dibaca oleh para penikmat sinetron, gosip, prank-prank bodong, dan sebangsanya...karena banyak dari masyarakat kita menganggap internet sebagai hiburan semata bukan tempat untuk belajar/edukasi. Dari sisi konten kreatornya pun saya lihat sudah banyak yang malas mengedukasi masyarakat (dan malah ikut-ikutan cancer) karena mungkin mereka merasa bisa dapat lebih banyak uang/views dengan konten yang memanfaatkan kebodohan orang lain tersebut.

Saya pribadi tidak punya masalah dengan mereka yang mencari nafkah dengan memanfaatkan kebodohan orang lain, karena selama bisnisnya legal ya sah-sah saja (sama seperti jualan rokok), memang tidak dapat dipungkiri menjual kebodohan dan masalah adalah salah satu bisnis yang paling laku dan menguntungkan di Indonesia, toh yang dibodohi juga merasa tidak rugi (padahal waktu & perhatian kita nilainya akan semakin berharga), kita tidak bisa memaksa penikmat hiburan yang berkualitas rendah untuk menyukai konten edukasi dan begitupun sebaliknya, karena apa yang dirasa bermanfaat dan berkualitas bagi tiap-tiap orang sangat relatif, yang perlu diperbaiki adalah mental lingkungan dan masyarakat supaya tertarik pada hal-hal yang lebih baik, namun mengubah seseorang itu tidaklah mudah, boro-boro mengubah orang lain, kita saja sulit mengubah diri sendiri (SELF REMINDER LAGI DONG).
.

Simbiosis mutualisme kreator/influencer dengan kontroversi dan konten sampah

Yang paling disayangkan adalah banyak konten kreator yang punya cukup influence contoh seperti youtuber yang punya ratusan ribu/jutaan subscriber terkadang malah suka mempromosikan kebodohan yang terjadi di negeri ini, ada drama sedikit malah ikut campur, ada kontroversi dikit langsung bikin analisa dan pembahasan, dimana semua itu malah menambah eksposure konten tersebut, akhirnya para fans-fans dari influencer/youtuber itu malah memperhatikan dan ikut meramaikan (meningkatkan engagement) konten sampah/negatif tersebut.

Influencer bisa dapat bahan/konten yang lagi hot supaya dapat banyak uang dari iklan/AdSense, sponsor, endorse, etc.

Konten yang dibicarakan tersebut (entah itu alay, bodoh, kontroversi, drama, dll) akan semakin viral karena mendapat eksposure dari influencer, media, youtuber, dll.

Netizen yang sebagian besar sangat hobi nyinyir akan semakin meramaikan dan ikut campur.

Siklus tersebut akan terus terulang sampai akhirnya hype/tren dari konten tersebut surut, namun tenang saja karena kita tidak akan pernah kehabisan konten-konten macam ini sampai kapanpun, karena ada saja yang suka membuat-buat kejadian aneh sendiri, contoh seperti fenomena Bowo Tik Tok yg beberapa taon lalu yang dimana katanya ada fans yang ingin buat agama baru, padahal saya rasa itu lebay dan cuma dibuat-buat (fitnah) oleh para hatersnya, namun beberapa youtuber malah sengaja memanfaatkan momentum tersebut untuk mencari sensasi dan akhirnya banyak sekali netizen yang gagal paham dan semakin nyinyir, ya jadi silahkan terus berputar-putar di lingkaran setan seperti ini.

Influencer bisa dapat konten dan duit terus-terusan dengan memanfaatkan kebodohan penontonnya, yang nonton juga ga bakal pinter-pinter dan tambah nyinyir, yang dinyinyirin bisa makin menjadi-jadi atau mungkin sebaliknya jadi depresi.
.
Lalu bagaimana dengan kreator yang membuat konten bagus?

Ya tentu konten yang bagus akan semakin tenggelam dalam persaingan konten yang ada, toh semua orang hanya punya waktu 24 jam sehari, waktu dan perhatian semua orang terbatas, jadi tidak heran konten-konten berkualitas rasanya akan semakin sulit berkembang karena mungkin kreatornya juga jadi malas kalau bikin konten cape-cape ga ada yang lihat, karena realitanya sebagus apapun konten yang kita buat, kita sebagai konten kreator tetap butuh angka views, subscriber, dan followers untuk bisa bertahan hidup di dunia internet yang semakin ramai ini.

Yang paling saya takutkan adalah internet akan menjadi seperti Facebook yang isinya banyak ujaran kebencian, konten hoax, fitnah, senjata adu domba, dan semakin membodohi masyarakat sampai mental kita semua membusuk. Kalau saya perhatikan YouTube dan Instagram sedikit demi sedikit sudah mulai menjadi seperti Facebook, tinggal menunggu waktu sampai YouTube menjadi seperti acara TV yang menuhankan rating (atau mungkin ini sudah terjadi?).


So,Apa solusi dari semua masalah ini?


Solusinya sebenarnya sangat simpel, yaitu edukasi sejak dini, mulai dari lingkungan dan cara kita menggunakan internet. Banyak orang tua yang terlalu membebaskan anaknya dalam menggunakan teknologi yang ada, tidak heran banyak anak SD sudah bisa nonton porno, banyak bocah-bocah bisa bikin akun yang sebenarnya untuk 17 tahun keatas, dan akhirnya konten-konten racun mudah sekali beredar diantara generasi muda.

Ingat kebodohan itu menular, kita sangat mudah dimanipulasi terutama dalam berkelompok, jadi pastikan apa yang Anda lihat/konsumsi itu baik untuk hidup Anda, biasakan untuk menyebarkan konten-konten positif ketimbang negatif kepada lingkungan dan lingkaran sosial Anda.
.
Ini hanya opini ku aja mengingat banyak bangey yang request masalah ini buat aku share-in. So it's up to you lagi sih mau berubah ke arah yang lebih baik. Atau terus-terusan seperti ini šŸ™‚

Komentar

  1. Uwaaa kritis sekali ading ku ini,ayo dek semangat lagi ya bikin konten2 yg kritis seperti ini,biar yg bikin konten "sampah" agak sedikit tertampar hehe.biar yg suka konsumsi konten "sampah" juga agak terbuka pikirannyašŸ¤—

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gagal, Hancur, Bangkit Lagi. Perjalanan 4 Tahun yang Tidak Mudah

Pudarnya academic honesty di kalangan remaja era globalisasi 4.0

First Flight si Ali.