yang utama adalah KARAKTER, bukan PINTARNYA.

aku cuma lagi pengen nyopas dari kata-kata nya (pak Muhadjir Effendy) sih tentang yang utama karakter, bukan pintarnya. kali aja banyak yang baca dan tersentuh... Alhamdulillah, 
cusss......
.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy terus gencar mensosialisasikan penguatan pendidikan karakter (PPK).

Menurut beliau, yang dituntut dari siswa bukan hanya kepintaran akademis, tapi juga karakter.
 beliau juga menyebutkan, karakter siswa sangat menentukan dalam kemajuan bangsa.

Bangsa akan besar bila siswanya memiliki karakter positif (lurus). Itu sebabnya guru harus menularkan nilai-nilai positif kepada siswa.

"Kalau gurunya bengkok, siswanya pasti bengkok. Untuk menciptakan siswa yang berkarakter kuat, butuh kerja sama sekolah, keluarga, dan masyarakat," ucapnya.



Dia menambahkan, generasi sekarang menghadapi tantangan besar. Persaingan makin ketat karena itu tanpa karakter kuat, SDM Indonesia hanya jadi penonton.
Proses pendidikan karakter sesungguhnya mempersyaratkan banyak hal. Setidaknya, ada tiga kunci pokok yang harus terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. 
Pertama, pendidikan karakter harus diorientasikan untuk menumbuhkembangkan potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. Pendidikan harus diorientasikan untuk mengharmoniskan antara olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Meminjam istilah yang dipopulerkan oleh KH Tolchah Hasan, pendidikan karakter harus memberikan ruang yang cukup bagi berkembangnya potensi intuisi, emosi, dan kognisi peserta didik secara terpadu. 

Kedua, pendidikan karakter hanya dapat berlangsung dengan baik jika ada keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan. Perpres ini mendorong lembaga pendidikan, mulai dari pimpinan, guru, hingga tenaga kependidikan pada masing-masing satuan pendidikan harus mencerminkan karakter yang baik. 

Demikian juga, tokoh-tokoh masyarakat sebagai bagian dari tumpu penddikan, seperti agamawan, politisi, birokrat, pengusaha, dan semua komponen masyarakat lainnya berikhtiar sekuat tenaga untuk berkomitmen dan memberikan teladan yang baik. Tak terkecuali dari itu semua, adalah lingkungan keluarga yang memberikan porsi tidak sedikit dalam proses pembentukan pendidikan karakter bagi anak-anak di keluarganya. 

Ketiga, pendidikan karakter harus berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter tidak dibatasi pada ruang dan waktu tertentu. Tidak hanya di lembaga pendidikan semata atau pada 5 atau 6 hari saja, proses pendidikan karakter itu terjadi. Dimanapun dan kapanpun, proses pendidikan karakter itu harus dilakukan dan menjadi kebiasaan.
.
sekian dari penjelasan yang di kutip dari (Info kemendikbud).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gagal, Hancur, Bangkit Lagi. Perjalanan 4 Tahun yang Tidak Mudah

Pudarnya academic honesty di kalangan remaja era globalisasi 4.0

First Flight si Ali.